Home  |  Resume  | 

Dukung Indonesia Sejahtera Melalui Training GRATIS Salesmanship dengan Donasi Anda...

Kamis, Januari 31, 2008

SPACE BUMI by ANTON KARYA - Menuju Hidup Berkemenangan

Bro & Sis,

Pernah tidak pada suatu saat anda merasa bahwa ini koq sepertinya
bukan kehidupan kita ? Kita merasa talenta kita tak sepenuhnya
berkembang atau yg lebih parahnya, berangsur-angsur menghilang ?

Ada perumpaan yg tertulis di Kitab Suci tentang benih yang ditabur.
Ada yg tidak berkembang, bahkan ada yang mati. Ada yg berkembang tapi
kemudian mati karena terhimpit oleh illalang. Yg jatuh di tempat yang
tepat bertumbuh dengan baik bahkan menghasilkan buah berlimpah.

Apakah kita sudah berada di tempat yang tepat ? Sebab kalau tempatnya
salah anda bisa "mati". Apakah kita sudah berkembang maksimal atau
merasa tidak ada kemajuan berarti saat ini ? Jangan terjebak fenomena
tanah subur yg tipis, di permukaan baik dikedalaman batu keras.
Kenyamanan yang diberikan sangat rentan dengan gangguan disekitar
karena akar kita tidak mendapatkan sari yang cukup.

Ikutlah panggilan sejati kita, jadilah benih yang tepat pada tanah
yang tepat. Tidak ada kata terlambat, segera ambill keputusan untuk
menjawab panggilan kita. Menjalani kehidupan yang seharusnya akan
membawa perjalanan waktu yg berjejak penuh berkemenangan.


Antonius Karya
"BE A TRUE WARRIOR"
http://antonkarya.blogspot.com - Blog Dedicate to Warrior To Be

--
Sent from Gmail for mobile | mobile.google.com

Kamis, Januari 17, 2008

Tapi Saya khan sudah minta maaf...

Bro & Sis,

Cuplikan berikut dari DR. Chapman. Kali ini yang dibicarakan adalah hala yang sering membuat kita frustasi,"Kenapa sih dia masih marah, tapi saya khan sudah minta maaf?" Ternyata mohon maaf pun ada bahasa yang berlaku berbeda bagi masing - masing pribadi. Simak ulasan berikut dan rasakan perbedaannya setelah anda praktekan. Saya juga sertakan terjemahannya, sekalian untuk belajar bahasa Inggris :) Selamat menikmati...

Learning to Apologize Effectively

Have you ever noticed that what one person considers to be an apology, is not what another person considers to be an apology? What is an apology?
( Apakah anda pernah memperhatikan bahwa cara orang untuk menerima permohonan maaf berbeda satu sama lain ? Apa sih sebenarnya Permohonan Maaf itu ? )

It’s different things to different people. After three years of research, Dr. Jennifer Thomas and I have concluded that there are five basic elements to an apology. We call them the five languages of apology. Each person has a primary apology language, and one of the five speaks more deeply to them emotionally than the other four. If you don’t speak their language, they may consider your apology insincere.
( Masing - masing orang memiliki penerimaan yang berbeda satu sama lain. Setelah riset selama tiga tahun, Dr. Jenifer Thomas dan saya menyimpulkan bahwa terdapat 5 Dasar Permintaan Maaf. Kami menyebutnya sebagai Lima Bahasa Permohonan Maaf. Setiap orang memiliki bahas permohonan maaf yang utama, dan satu dari lima tersebut berdampak lebih dalam secara emosi dari empat yang lain. Jadi jika anda tidak bicara dengan bahasa mereka, mereka akan menganggap permohonan maaf anda kurang tulus )

A Question of Sincerity
( Pertanyaan tentang ketululusan )
Ever had someone apologize to you and you questioned their sincerity? Ever ask yourself why? It’s probably because they did not speak your apology language. They said, “I’m sorry.” But what you wanted to hear was, “I was wrong.” They said, “Will you forgive me?” But what you wanted to hear was, “What can I do to make this right?”
( Pernahkah ada seseorang yang meminta maaf pada anda dan anda mempertanyakan ketulusannya ? Pernah merefleksikan diri tentang hal itu ? Kemungkinannya adalah mereka tidak berbicara bahasa permohonan maaf anda. Mereka bilang,"Saya minta maaf." Tetapi apa yang ingin anda dengan adalah," Saya salah." Mereka bilang,"Apakah saya dimaafkan ?" Tetapi yang ingin anda dengar adalah," Apa yang harus saya lakukan untuk memperbaikinya ?" )

Many of our apologies come across as insincere because we are not speaking the apology language of the offended person. If couples can learn each other's primary apology language and speak it when they offend each other, forgiveness will be much easier.
( Banyak dari permintaan maaf kita dianggap kurang tulus karena kita tidak bicara bahasa permohonan maaf dari orang yang kita tuju. Jika pasangan bisa mengetahui bahasa permohonan maaf utama masing - masing dan menggunakkanya pada saat yang diperlukan, pasti akan lebih mudah untuk memaafkan. )

The Five Languages of Apology
( Lima Bahasa Permohonan Maaf )
Do you know the five languages of apology?
# 1 - Expressing Regret – “I’m sorry.” “I feel badly about what I did.”
# 2 - Accepting Responsibility – “I was wrong.” “It was my fault.”
# 3 - Making Restitution – “What can I do to make it right?”
# 4 - Genuinely Repenting – “I’ll try not to do that again.”
# 5 - Requesting Forgiveness – “Will you please forgive me?”
( Apakah anda tahu 5 bahasa Permintaan Maaf?
# 1 - Ekspresi Penyesalan - " Saya minta maaf.""Saya merasa apa yang saya lakukan tidak baik"
# 2 - Menerima Tanggung Jawab - " Saya bersalah.""Itu salah saya."
# 3 - Membuat Penggantian - " Apa yang bisa saya lakukan untuk memperbaikinya?"
# 4 - Menyatakan Kekhilafan - "Saya tidak akan melakukannya lagi."
# 5 - Memohon Maaf - "Maukah memaafkan saya?" )


Speaking the Right One
( Bicara dengan Bahasa yang Tepat )
When you apologize, you are trying to make things right. So you say, “I’m sorry. I was wrong. I know I hurt you and I feel badly about it. Will you forgive me?” But your spouse says, “How could you do that if you loved me? How can I forgive you when you never do anything to ‘make it right’?" You feel frustrated and don’t know what to do next. The problem is not your sincerity, the problem is that you are not speaking the right apology language.
(Ketika anda memohon maaf, anda berusaha untuk membuat semuanya menjadi baik lagi. Lalu anda mengatakan,"Saya mohon maaf. Saya salah. Saya telah menyakiti kamu dan saya merasa buruk sekali. Maukah kamu memaafkan saya?" Tetapi pasangan anda berkata,"Kenapa kamu bisa begitu jika kamu mencintai saya? Bagaimana saya bisa memaafkan kamu kalau kamu tidak melakukan apapun untuk memperbaikinya?" Anda merasa frustasi dan tidak tahu lagi apa yang seharusnya dilakukan. Masalahnya bukan ketulusan anda, melainkan anda tidak bicara dengan bahasa yang tepat. )

Which Do You Want to Hear?
( Mana yang ingin anda dengar? )
Which one of the five languages of apology do you want to hear? That is your primary apology language.
( Manakah yang ingin anda dengar dari ke Lima Bahasa Permohonan Maaf itu? Itulah bahasa permohonan maaf anda yang utama )

Apologize effectively by learning your spouse's apology language and speaking it when you know you have offended each other. Ask your spouse, “When I apologize, what do you want to hear from me?” You may be surprised at their answer, but it will give you their primary apology language. Learning to speak each other's apology language will lead you to a growing marriage.
( Memohon maaf secara efektif dengan mempelajari bahasa permohonan maaf pasangan anda dan bicara dengan bahasa tersebut pada saat diperlukan. Tanyakan pada pasangan anda, "Apa yang ingin mereka dengan ketika saya mohon maaf?" Anda mungkin saja terkejut dengan jawabannya, tetapi itu akan memberikan anda BAhasa Permohonan Maaf yang utama. Belajar bicara Bahasa mereka akan membawa anda ke Pernikahan yang terus bertumbuh. )


Excerpt taken from The Five Languages of Apology: How to Experience Healing in All Your Relationships by Gary Chapman and Jennifer Thomas. To find out more about Gary Chapman's resources, visit www.fivelovelanguages.com.

Jumat, Januari 04, 2008

Bahasa Kasih : Waktu yang Berharga...



Bro & Sis,

DR. Chapman banyak memberikan tips tentang hubungan antara suami dan istri...Menarik untuk disimak. Banyak dari kita salah mengartikan bahasa kasih pasangan kita masing - masing. Kalau kita salah bicara bahasa kasih pasangan kita, dapat dipastikan komunikasi tidak lancar dan pasti akan banyak gesekan dalam kehidupan perkawinan...Ibarat bicara bahasa Mandarin pada orang Jepang...Silahkan dicerna tulisan dari DR. Chapman, saya sengaja mengutip dari bahasa aslinya agar tidak salah arti....

Speaking the Love Language of Quality Time

Quality time is giving someone your undivided attention. I don’t mean sitting on the couch watching television. I mean sitting on the couch with the TV off, looking at each other and talking, and giving each other your undivided attention. For some people, quality time is their primary love language, and if you don’t give them quality time, they will not feel loved. Is it possible that your spouse’s primary love language is quality time?

Listen for Clues
Quality time is a powerful emotional communicator of love. One medicine does not cure all diseases. So one love language does not communicate emotionally to all people. If you give your spouse affirming words; If you express love by acts of service; If you touch them affectionately; and they still complain, “You don’t ever have time for me. We used to do things together. Now you are always too busy or too tired,” they are telling you that their primary love language is quality time.

The Essence of Quality Time
A central aspect of quality time is togetherness. I do not mean proximity. Togetherness has to do with focused attention. A husband who is watching sports on television while he talks to his wife is not giving her quality time, because she does not have his full attention. A husband and wife playing tennis together, if it is genuine quality time, will focus not on the game, but on the fact that they are spending time together.

Dialects of Quality Time
Like words of affirmation, the language of quality time also has many dialects. One of the most common dialects is that of quality conversation. By quality conversation, I mean sympathetic dialogue where two people are sharing their experiences, their thoughts, their feelings, and their desires in a friendly, uninterrupted context. If your spouse’s primary love languages is quality time, such dialogue is crucial to his or her emotional sense of being loved. Sit down. Ask questions, and listen.

Tips for Keeping the Love Tank Full
I want to conclude by giving you four tips on how to have a quality conversation with your spouse:




  1. Maintain eye contact when your spouse is talking.


  2. Don’t listen to your spouse and do something else at the same time.


  3. Listen for feelings. Ask yourself, “What emotion is my spouse experiencing?”


  4. Refuse to interrupt. Such interruptions indicate, “I don’t care what you are saying; listen to me."

Such active listening will fill the love tank of the person whose primary love language is quality time.

Excerpt taken from The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate by Gary Chapman. To find out more about Gary Chapman's resources, visit www.fivelovelanguages.com.

Halo Anton...

*Nama:
*E-mail:
* wajib diisi
Pesan